news-001

Sosok inspiratif Datuk Stella Chin selalu memotivasi diri dengan tiga hal berikut.

- Pertama, saya tidak boleh menjadi perempuan yang depresi.

- Kedua, saya tidak mau menjadi perempuan yang depresi.

- Ketiga, saya tidak mau sampai bercerai .

Ketiga poin itu menjadi fondasi dari bangunan kehidupannya. Di atas fondasi kuat itu pula ia merancang kebahagiaan hidupnya. Ketiga landasan hidup tersebut tidak diambilnya dari luar, tapi dari pengalaman hidup yang membentuk dirinya sejak kecil. Datuk Stella Chin lahir di tengah keluarga miskin.

Kehidupan yang tidak berkecukupan melecut jiwanya untuk hidup penuh perjuangan. Buah dari ketekunan sejak SD hingga SMA mulai terlihat ketika ia menginjak jenjang pendidikan tinggi. Untuk membiayai kuliah dengan Jurusan Institut Sumber Daya Manusia, ia harus bekerja di beberapa tempat.

Di usia 20 tahun, berkat keuletannya, Stella dipercaya menjadi kepala bagian personalia di perusahaan tempatnya bekerja. Kisah hidup yang penuh inspiratif ini ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul Kebahagiaan yang Kutahu. Buku ini tidak sekadar sebuah kisah inspiratif seorang perempuan sukses.

Lebih dari itu, buku Kebahagiaan yang Kutahu yang dibagi dalam lima bab itu memberikan suntikan motivasi dan kiat bagaimana membangun keluarga yang bahagia. Pada bab 1 Stella langsung menyuntik motivasi kepada semua perempuan.

Baginya, setiap wanita adalah bintang yang bersinar. Ini harus menjadi prinsip bagi setiap wanita. Prinsip ini digali dari pengalaman pribadinya yang meskipun berasal dari kalangan menengah bawah, ia berhasil mengubah nasib menjadi kelas menegah atas. Menurutnya, kesuksesan dimulai dari dalam diri dan keluarga.

Keyakinan ini ia jalankan dengan gigih sehingga membuahkan hasil. Sebagai ungkapan syukur atas pencapaian itu, pada 2009, ia mendirikan organisasi STAR Ladies. STAR akronim dari Success, Transformation, Achievement, Recognition.

Melalui empat pilar ini diharapkan perempuan dapat menjadi cahaya yang menuntun semua orang menuju kebahagiaan. (hlm 19-23). Pada bab 2 Stella menceritakan pengalamannya saat merintis usaha di Thailand. Di sana, ia berhadapan dengan kompleksitas sifat-sifat manusia, teruta ma sifat buruk seperti malas, tamak, suka berpikiran negatif, hingga kegemaran bergosip.

Namun, justru dari penga lam an ini Stella menemukan rumus keba hagiaan. Menurutnya, rumus kebaha giaan sebagai berikut; Kebahagiaan sama dengan menambah cinta, mengurangi benci, menggadakan rasa syukur dan menghilangkan gosip (kebahagiaan= + cinta - kebencian x ucapan syukur- gosip). Pada bab 3 Stella memaparkan kiat bagaimana dirinya melatih disiplin diri dalam hidup. Sederhana saja sesungguhnya ia lakukan, yaitu dengan menyiapkan tiga buah buku catatan yang selalu dicatat dan menjadi panduan untuk proses pelatihan diri.

Buku pertama dikhususkan untuk menuliskan segala hal yang berkaitan dengan perusahaan. Buku kedua untuk menuangkan konsep dan ide. Buku terakhir berisikan segala hal yang berkaitan dengan keluarga. Sepintas, apa yang dilakukan Stella terkesan sepele.

Namun, di sinilah diuji konsistensi yang kemudian menumbuhkan disiplin tinggi. Stella telaten dan konsisten mencatat segalanya dengan baik. Sementara pada bab 4 dan 5, penulis memapakan bagaimana ia membangun kebahagiaan dalam rumah tangga. Hal sederhana yang ia yakini dan kerap dilakukan adalah bergandengan tangan dengan sang suami saat jalan-jalan.

Bagi Stella, menjalani pernikahan bukan sesuatu yang mudah, tapi juga tak berarti sangat sulit. Pernikahan harus dijaga keawetannya, perlu diingatkan kembali cinta saat perjumpaan pertama. ”Banyak orang mengatakan bahwa pernikahan adalah akhir dari masa pacaran.

Setelah memasuki jenjang pernikahan, gelora asmara akan terus me - nurun dari waktu ke waktu. Pandangan kita terhadap pasangan mulai bergeser dari kekasih menjadi keluarga.

Hal itu bisa dilihat dari contoh sederhana, misalnya, apakah kita masih berdebar saat tangan kita saling bersentuhan? Atau, saat bekerja dan seharian tidak bertemu, masih adakah kerinduan menggebu yang membuat kita selalu menantikan saat untuk kembali ke rumah dan bertemu pasangan?” (hlm 128-129) Nah, benih-benih cinta bisa dirasakan saat berpegangan tangan.

Apakah ada getaran seperti layaknya masih pacaran? Apakah masih ada kerinduan yang menggebu yang membuat cinta semakin bergelora? ”Cinta itu seperti telapak tangan. Tidak peduli dingin atau panas, keduanya akan memberikan kehangatan satu sama lain saat disatukan”.

(hlm 130) Menyatakan cinta juga dilakukan Stella untuk menghangatkan kehidupan pernikahannya.

Lalu, apakah Stella yang menikahi Alan Wong tidak pernah berselisih paham? Jawabannya, pernah! Hal ini terjadi pada masa awal keduanya merintis perusahaan. Na mun, setiap kali perselisihan usai, rasa cinta semakin bertambah. ”Kami sadar di dunia ini tidak ada yang sempurna.

Tidak ada istri yang sempurna, juga tidak ada suami yang sempurna. Sejak awal pernikahan, berkali-kali kami saling mengingatkan bahwa apa pun yang terjadi, kepercayaan terhadap satu sama lain tidak boleh hilang”.

(hlm 135) Kiat lain untuk membangun kebahagiaan dalam rumah tangga adalah dengan menjaga keseimbangan hubungan dengan anak.

Sebagai seorang Executive President PT MELILIEA International Group of Companies, membangun relasi yang lebih intim dengan anak-anak kerap menemui kendala. Bahkan, jika tidak diolah dengan baik, dilema antara meniti karier dan mengurus keluarga menjadi masalah besar.

Stella salah satu sosok perempuan yang mampu lolos dari dilema itu. Setiap kali tiba di rumah, ia selalu me-luangkan waktu untuk duduk bersama dengan keempat anaknya.

Anak-anak diberi kesempatan untuk cerita apa saja yang mereka alami hari itu. Stella, dalam momen ini, selalu memosisikan diri sebagai teman yang setia mendengar untuk kemudian memberikan sedikit nasihat.